Show Mobile Navigation

Artikel Terkini

Berlangganan Artikel Kuljar Via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Pendaftaran

05 May 2024

Kultur Jaringan untuk Jutaan Bibit

@Cahangon75 - Sunday, May 05, 2024

Terima kasih telah menonton, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya Edi Sandra, dosen IPB University dan

pemilik Esha Flora Alhamdulillah kali ini kita

akan bicara terkait dengan kultur jaringan media

cair Kultur jaringan media cair merupakan follow

up dari teknologi jaringan Karena dengan menggunakan

media cair ini dan juga penggunaan alat

Kecepatan multiplikasi tanaman bisa 100 kali lipatnya.

Dan ini sangat penting di dalam kita bersaing

di dalam memproduksi tanaman, terutama terkait dengan ekspor.

Kegiatan ekspor atau produksi kultur jaringan ini, di

level dunia, terutama untuk Taiwan misalnya, itu dalam

waktu setahun mereka sudah bisa membanjiri Indonesia dengan

jumlah ratusan ribu tanaman kultur.

Demikian juga Thailand.

Dan kita jangan kalah,

karena sebenarnya kita mempunyai...

Kemampuan untuk itu tinggal bagaimana mengkonversinya

dalam bentuk industri, itu yang masih

harus banyak kita pelajari lebih lanjut.

Dalam kaitan pembelajaran media kultur jaringan cair

ini, maka belum banyak yang tahu.

Kalau biasanya kita menggunakan media kulti jaringan

itu adalah media padat, maka perbanyakan tanamannya

tadi itu sangat tergantung kepada kultur atau

bagian tanaman yang bersih.

...hubungan dengan media padat tersebut.

Kalau dengan media cair, maka semua sel, semua jaringan

yang terkena media cair itu bisa melakukan difusi atau

osmosis makanan itu langsung ke selnya tersebut.

Sehingga tidak harus melalui sel atau jaringan

yang kontak dengan media padat tadi.

Itulah yang menyebabkan kenapa media cair

ini bisa menjadi lebih cepat.

Apalagi kalau di dalam teknologinya tadi

itu menggunakan alat yang memberikan.

Peluang untuk masuknya udara, tapi terfilter.

Dan alat untuk media cair ini bisa berupa seker.

Seperti yang Anda lihat di sini,

ini adalah seker atau pengocok.

Ini kerjasama Esha Flora

dengan Universitas Bandar Lampung.

Ini adalah seker yang berbasiskan IoT.

Sehingga dalam pelaksananya nanti bisa kita kontrol

melalui HP atau laptop dari jarak jauh.

Dan kita bisa mengembangkannya bisa

lebih dalam jumlah besar. Karena bisa terkontrol.

14 juta bibit dalam waktu 4 tahun.

Demikian juga ke Turki, ke Arab Saudi, itu

permintaannya jutaan bibit dalam waktu beberapa tahun.

Sehingga kalau kita tidak mempersiapkan itu, maka

kita akan ketinggalan dengan negara-negara yang memang

sudah mengembangkan putus jaringan ini.

Insya Allah ke depannya hal ini menjadi

sangat dimungkinkan, karena sebenarnya ini tinggal kemauan

kita untuk merubah dan men-setting lab kita

tadi itu, yang tadinya secara manual.

Dengan menggunakan manusia, maka

sekarang dengan menggunakan alat.

Jadi dengan menggunakan media cahaya dan alat-alat

ini, mampu mengurangi tenaga kerja subkultur tadi

itu, yang biasanya konvensional oleh manusia, maka

bisa dikerjakan oleh mesin secara otomatis.

Sehingga ke depannya diharapkan, produksi kultur jaringan

di Indonesia mampu bersaing di level dunia.

Dan terkait dengan produksi juga kita mampu

mengembangkan metabolit sekunder, karena ini bisa digocok

sehingga pembuatan kultur jaringan di Pengembangan produksi

bahan obat alam itu bisa menjadi sangat

dimungkinkan dan bisa menjadi dalam jumlah besar.

Nah, dalam pelaksanaannya di Indonesia, penggunaan

media cair ini masih belum umum.

Karena pelaksanaan kultu jaringan itu masih dilaksanakan

secara konvensional, secara manual, yaitu kerja orang

untuk memperbanyak secara subkultur manual.

Dan ini ke depannya harusnya sudah

mulai kita tinggalkan untuk sekalian.

...industri karena akan memotong biaya atau kos produksi

yang sangat besar dan juga mengurangi human error.

Sehingga pelaksanaan dengan menggunakan media

cair ini perlu kita biasakan, perlu kita aplikasikan.

Demikian dari Eshflora   mari kita berupaya agar

kita tidak ketinggalan di level dunia. Terima kasih.